HERMENEUTIKA TEKS ANGNGARU
SEBAGAI PENINGKAT MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
Oleh: Muhammad Alfian Tuflih
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan suku bangsa. Kekayaan suku bangsa ini melahirkan berbagai macam
budaya yang berbeda di setiap sukunya. Sastra merupakan salah satu instrumen
pembentuk kebudayaan. Oleh karena itu, tingkat kesusastraan suatu daerah
berbanding lurus dengan kebudayaannya.
Karya sastra berbeda dengan
karangan-karangan lainnya. Ia berbeda dengan buku sejarah, walaupun di dalam
karya sastra terdapat pula kebenaran-kebenaran yang bersifat sejarah. Ia tidak
sama dengan buku matematika, walaupun di dalamnya kadang-kadang terdapat
pikiran yang logis. Ia juga tidak sama dengan buku-buku ilmu bumi, walaupun
tidak jarang karya sastra mengambil lokasi di daerah atau kota yang dapat kita
jumpai dalam peta. Karya sastra tidak sama pula dengan buku pelajaran agama,
meskipun banyak yang menampilkan nilai-nilai yang berkualitas keagamaan
(Asriyani, 2009).
Karya sastra mempunyai dunianya
tersendiri. Ia merupakan hasil eksplorasi diri sastrawan terhadap kehidupannya.
Secara kontekstual, sastra ialah bentuk ekspresi diri yang menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Dalam hal ini, yang akan menjadi fokus kajian adalah sastra
lisan. Ini dilakukan untuk melestarikan sastra lisan yang merupakan salah satu
kebudayaan bangsa.
Artikel ini merupakan usaha mengaji teks sastra melalui pendekatan hermeneutika.
Hermeneutika adalah ilmu tentang penginterpretasian (penafsiran) sesuatu secara
menyeluruh Eagleton (dalam Manuaba, 2009). Dalam hermeneutika, konsep kedalaman
makna memegang peranan penting. Setiap karya sastra memiliki kedalam makna yang
berbeda, tergatung bagaimana penilaian pembaca terhadap karya sastra tersebut.
Semakin banyak versi tentang makna yang terkandung dalam karya sastra, semakin
menarik pula karya sastra tersebut.
Hermeneutika merupakan pendekatan
yang akan digunakan dalam mengaji ataupun menafsirkan suatu teks sastra ini. Hermeneutika
dipilih karena pendekatannya yang menitikberatkan pada pemahaman makna-makna baru.
Maksudnya, ia lebih suka “menampilkan” sebuah pemahaman baru dibanding
mengikuti pemahaman yang universal ataupun yang dimaksudkan oleh si penulis. Hal
ini sangat tepat sekali digunakan dalam mengaji teks sastra lisan tersebut yang
kini penggunaannya sering disalah artikan dengan tujuan sebenarnya. Selain itu,
penafsiran tersebut juga bisa digunakan sebagai peningkat motivasi belajar
mahasiswa.
Karya sastra yang akan tersebut
adalah teks aru (sumpah setia). Aru atau angngaru adalah
salah satu kebudayaan yang hampir punah. Aru atau angngaru
merupakan kebudayaan dari daerah Gowa yang berupa ikrar seorang masyarakat
kepada pemerintahnya, maupun pemerintah terhadap rakyatnya, bahwa akan
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya.
Angngaru dan
Motivasinya
Aru atau angngaru adalah
semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering disampaikan oleh
orang-orang Gowa di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan kepada
atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya,
masyarakat kepada pemerintahnya, bahkan juga dapat diucapkan seorang raja
terhadap rakyatnya, bahwa apa yang telah diungkapkan dalam aru itu akan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, baik untuk kepentingan pemerintahan di
masa damai maupun di masa perang (Syahrul, 1996).
Aru yang kini jarang dilakukan
mengakibatkan terjadinya kemunduran semangat dalam memperjuangkan kebenaran.
Entah itu unutk berperang melawan kebatilan seperti masa lalu ataupun untuk
meningkatkan motivasi belajara mahasiswa seperti yang diungkapkan Hatta (2010) angngaru
merupakan suatu susunan sastra dalam bahasa Makassar, yang diisi dengan
kalimat-kalimat sumpah setia yang penuh keberanian diucapkan oleh salah seorang
tubarani atau wakil dari salah seorang Gallarrang di hadapan Raja.
Maksudnya, jika masa lalu aru
hanya diucapkan oleh para tubarni yang akan berperang, kini aru
bisa juga dijadikan sebagai motivasi bagi para mahasiswa yang diibaratkan tubarani
(sang pemberani) yang sedang berjuang di medan pendidikan tuk mendapatkan
kesejahteran bagi diri dan keluarganya di masa yang akan datang.
Hermeneutika Teks Angngaru
Begitu banyak makna yang terkandung dalam teks angngaru,
apalagi jika dikaji melalui pendekatan hermeneutika. Pendekatan hermeneutika
tentang makna sebuah teks tanpa menjauh dari teks yang dikaji. Hal itulah
pendekatan itulah yang menjadi acuan kajian pada mahasiswa untuk meningkatkan
motivasi belajarnya. Dari hasil kajian, ternyata mahasiswa sekarang mayoritas
tidak menjalankan tugas uatamanya sebagai seorang mahasiswa. Hal ini dan sangat
berbeda dengan makna yang terkandung dalam teks angngaru.
Sebagai generasi penerus bangsa,
seharusnya mahasiswa bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, ikhlas
dalam belajar, dan menjalankan amanah dari orangtuanya. Tidak ada istilah “hura-hura”
dalam kehidupan mahasiswa, karena ketika dunia hedonisme telah “merasukinya”
yakin dan percaya bahwa mereka akan melupakan tujuannya sebagai mahasiswa yaitu
belajar dan berjuang.
Selain itu, dengan makna yang
terkandung dalam angngaru, diharapkan kepada mahasiswa bisa lebih
“ganas” dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga akan menumbuhkan motivasi belajar
kepada anggota DPR-RI sehingga bisa membuat kebijakan-kebijakan yang membawa
kebaikan bagi rakyat. Dengan demikian, rakyat akan semakin sejahtera dengan
kebijakan yang dibuat pemerintah. Jika rakyat sejahtera, negara akan maju dan
berkembang. Namun, pada anggota DPR-RI, mereka sama sekali tidak menerapkan
nilai-nilai angngaru dalam bekerja, sehinga terkesan tidak tegas dalam
memimpin rakyat.
Berdasarkan semua permasalahan di
atas, angngaru memang perlu diterapkan. Dengan menerapkan angngaru, banyak
hal-hal positif yang akan diterima. Mulai dari meningkatnya motivasi bekerja,
tingginya rasa tanggung jawab, serta amanah dalam berkerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar