Selasa, 27 November 2012

HERMENEUTIKA TEKS ANGNGARU


HERMENEUTIKA TEKS ANGNGARU
SEBAGAI PENINGKAT MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Oleh: Muhammad Alfian Tuflih

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa. Kekayaan suku bangsa ini melahirkan berbagai macam budaya yang berbeda di setiap sukunya. Sastra merupakan salah satu instrumen pembentuk kebudayaan. Oleh karena itu, tingkat kesusastraan suatu daerah berbanding lurus dengan kebudayaannya.
Karya sastra berbeda dengan karangan-karangan lainnya. Ia berbeda dengan buku sejarah, walaupun di dalam karya sastra terdapat pula kebenaran-kebenaran yang bersifat sejarah. Ia tidak sama dengan buku matematika, walaupun di dalamnya kadang-kadang terdapat pikiran yang logis. Ia juga tidak sama dengan buku-buku ilmu bumi, walaupun tidak jarang karya sastra mengambil lokasi di daerah atau kota yang dapat kita jumpai dalam peta. Karya sastra tidak sama pula dengan buku pelajaran agama, meskipun banyak yang menampilkan nilai-nilai yang berkualitas keagamaan (Asriyani, 2009).
Karya sastra mempunyai dunianya tersendiri. Ia merupakan hasil eksplorasi diri sastrawan terhadap kehidupannya. Secara kontekstual, sastra ialah bentuk ekspresi diri yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam hal ini, yang akan menjadi fokus kajian adalah sastra lisan. Ini dilakukan untuk melestarikan sastra lisan yang merupakan salah satu kebudayaan bangsa.
Artikel ini merupakan usaha mengaji  teks sastra melalui pendekatan hermeneutika. Hermeneutika adalah ilmu tentang penginterpretasian (penafsiran) sesuatu secara menyeluruh Eagleton (dalam Manuaba, 2009). Dalam hermeneutika, konsep kedalaman makna memegang peranan penting. Setiap karya sastra memiliki kedalam makna yang berbeda, tergatung bagaimana penilaian pembaca terhadap karya sastra tersebut. Semakin banyak versi tentang makna yang terkandung dalam karya sastra, semakin menarik pula karya sastra tersebut.
Hermeneutika merupakan pendekatan yang akan digunakan dalam mengaji ataupun menafsirkan suatu teks sastra ini. Hermeneutika dipilih karena pendekatannya yang menitikberatkan pada pemahaman makna-makna baru. Maksudnya, ia lebih suka “menampilkan” sebuah pemahaman baru dibanding mengikuti pemahaman yang universal ataupun yang dimaksudkan oleh si penulis. Hal ini sangat tepat sekali digunakan dalam mengaji teks sastra lisan tersebut yang kini penggunaannya sering disalah artikan dengan tujuan sebenarnya. Selain itu, penafsiran tersebut juga bisa digunakan sebagai peningkat motivasi belajar mahasiswa.
Karya sastra yang akan tersebut adalah teks aru (sumpah setia). Aru atau angngaru adalah salah satu kebudayaan yang hampir punah. Aru atau angngaru merupakan kebudayaan dari daerah Gowa yang berupa ikrar seorang masyarakat kepada pemerintahnya, maupun pemerintah terhadap rakyatnya, bahwa akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya.
Angngaru dan Motivasinya
Aru atau angngaru adalah semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering disampaikan oleh orang-orang Gowa di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan kepada atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya, masyarakat kepada pemerintahnya, bahkan juga dapat diucapkan seorang raja terhadap rakyatnya, bahwa apa yang telah diungkapkan dalam aru itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, baik untuk kepentingan pemerintahan di masa damai maupun di masa perang (Syahrul, 1996).
Aru yang kini jarang dilakukan mengakibatkan terjadinya kemunduran semangat dalam memperjuangkan kebenaran. Entah itu unutk berperang melawan kebatilan seperti masa lalu ataupun untuk meningkatkan motivasi belajara mahasiswa seperti yang diungkapkan Hatta (2010) angngaru merupakan suatu susunan sastra dalam bahasa Makassar, yang diisi dengan kalimat-kalimat sumpah setia yang penuh keberanian diucapkan oleh salah seorang tubarani atau wakil dari salah seorang Gallarrang di hadapan Raja.
Maksudnya, jika masa lalu aru hanya diucapkan oleh para tubarni yang akan berperang, kini aru bisa juga dijadikan sebagai motivasi bagi para mahasiswa yang diibaratkan tubarani (sang pemberani) yang sedang berjuang di medan pendidikan tuk mendapatkan kesejahteran bagi diri dan keluarganya di masa yang akan datang.
Hermeneutika Teks Angngaru
Begitu banyak makna yang terkandung dalam teks angngaru, apalagi jika dikaji melalui pendekatan hermeneutika. Pendekatan hermeneutika tentang makna sebuah teks tanpa menjauh dari teks yang dikaji. Hal itulah pendekatan itulah yang menjadi acuan kajian pada mahasiswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Dari hasil kajian, ternyata mahasiswa sekarang mayoritas tidak menjalankan tugas uatamanya sebagai seorang mahasiswa. Hal ini dan sangat berbeda dengan makna yang terkandung dalam teks angngaru.
Sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya mahasiswa bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, ikhlas dalam belajar, dan menjalankan amanah dari orangtuanya. Tidak ada istilah “hura-hura” dalam kehidupan mahasiswa, karena ketika dunia hedonisme telah “merasukinya” yakin dan percaya bahwa mereka akan melupakan tujuannya sebagai mahasiswa yaitu belajar dan berjuang.
Selain itu, dengan makna yang terkandung dalam angngaru, diharapkan kepada mahasiswa bisa lebih “ganas” dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga akan menumbuhkan motivasi belajar kepada anggota DPR-RI sehingga bisa membuat kebijakan-kebijakan yang membawa kebaikan bagi rakyat. Dengan demikian, rakyat akan semakin sejahtera dengan kebijakan yang dibuat pemerintah. Jika rakyat sejahtera, negara akan maju dan berkembang. Namun, pada anggota DPR-RI, mereka sama sekali tidak menerapkan nilai-nilai angngaru dalam bekerja, sehinga terkesan tidak tegas dalam memimpin rakyat.
Berdasarkan semua permasalahan di atas, angngaru memang perlu diterapkan.  Dengan menerapkan angngaru, banyak hal-hal positif yang akan diterima. Mulai dari meningkatnya motivasi bekerja, tingginya rasa tanggung jawab, serta amanah dalam berkerja.



PUISI SEBAGAI MEDIA MAHASISWA MENGKRITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH


PUISI SEBAGAI MEDIA MAHASISWA
MENGKRITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH
Oleh: Muhammad Alfian Tuflih

Kebijakan-kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah tidak semuanya berdampak positif bagi rakyat. Justru sebaliknya, beberapa kebijakan tersebut malah merugikan rakyat. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia. Diantara  semua demonstrasi yang terjadi, mahasiswa merupakan mayoritas peserta demonstrasi. Demonstrasi yang mayoritas dilakukan oleh para mahasiswa ini, selalu berakhir anarkis. Anarkisme ini terjadi karena kurangnya pengetahuan maupun metode yang digunakan oleh mahasiswa dalam mengkritik kebijakan pemerintah.   
Puisi adalah salah satu karya sastra. Puisi juga merupakan ungkapan emosi jiwa. Hal ini sangat cocok diterapkan pada mahasiswa yang ingin menyampaikan kritikannya pada kebijakan pemerintah. Dengan berpuisi, tingkat anarkisme mahasiswa dalam demonstrasi akan berkurang karena emosi jiwanya telah diungkapkan melalui puisi. Oleh karena itu, puisi sangat cocok digunakan sebagai media mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah.
Berdasarkan solusi di atas, diperlukan pengimplementasian yang perlu dilakukan dan didukung oleh beberapa elemen atau pihak-pihak yang dapat membantu menyosialisasikan puisi sebagai media mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah. Hal tersebut dilakukan secara terkait dan kerjasama antar beberapa pihak. Dalam hal ini, pihak yang dimaksud adalah dosen, lembaga kemahasiswaan, dan pemerintah.

Aksi Demonstrasi di Indonesia
Ditahun 2011 ini, faktor ekonomi menjadi salah satu masalah utama mahasiswa dalam menjalankan pendidikannya. Ditambah lagi kebijakan pemerintah mengeluarkan UU BHP yang dianggap memberatkan bagi mahasiswa. Kebijakan pemerintah ini dianggap tidak sesuai dengan program kerja pemerintah dalam mengedepankan kesejahteraan dan kemudahan mendapatkan pendidikan yang bermutu. Hal inilah yang menjadi alasan mahasiswa melakukan demonstrasi.
Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa ini selalu berakhir bentrokan, entah itu dengan aparat keamanan ataupun dengan warga yang tidak suka dengan ulah mahasiswa. Selain itu, demonstrasi anarkis yang selama ini dilakukan mahasiswa selalu memakan korban jiwa dan luka-luka (Tribun Timur, 2010).

Aspirasi Mahasiswa Melalui Puisi
Seperti yang telah dibahasakan sebelumnya, begitu banyak kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Kebijakan ini bertujuan untuk menyejahterakan rakyat. Kenyataannya, diantara semua kebijakan yang dibuat pemerintah, ada beberapa kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Salah satunya tentang UU No. 9 Tentang Badan Hukum Pendidikan yang membahas mengenai pengomersialisasian pendidikan dan perubahannya menjadi perseroan terbatas (PT.).
Kebijakan-kebijakan yang diangap merugikan rakyat inilah sebagai pemicu terjadinya demonstrasi. Dalam demonstrasi, tidak semua aspirasi rakyat direspon pemerintah, bahkan beberapa kegiatan demonstrasi dibubarkan secara paksa oleh pemerintah. Pembubaran yang dilakukan  pemerintah inilah yang memicu amarah demonstran dan mengakibatkan terjadinya  aksi anarkis.
Mahasiswa merupakan elemen utama pada demonstrasi. Dalam setiap demonstrasi mahasiswa selalu ikut serta dan memegang peranan penting. Selain sebagai pengkritik dan pemberi solusi kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat, mahasiswa juga menjadi pemicu terjadinya aksi anarkis. Hal merugikan inilah yang seharusnya tidak dilakukan oleh mahasiswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneisa (1993), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Sebagai seorang pelajar, mahasiswa seharusnya bisa membedakan sesuatu yang baik dan salah. Begitu juga dalam melakukan demonstrasi, seharusnya mahasiswa menggunakan metode yang benar dalam menyampaikan aspirasi (kritikannya) terhadap kebijakan pemerintah. Bukan hanya dengan cara-cara anarkis seperti membakar ban bekas hingga merusak kendaraan bermotor (Tribun Timur, 2010).
Salah satu metode yang bisa digunakan mahasiswa dalam mengkritik pemerintah adalah puisi. Menurut Dunton (Pradopo, 1995), puisi adalah pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Maksudnya, kiasan-kiasan atau citra-citra disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan katanya tepat, dan sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur). Dengan demikian, metode puisi ini diharapkan dapat mengurangi aksi anarkisme dalam demonstrasi.

Peran Serta Lingkungan Sosial
Menyongsong negara yang aman dan sejahtera, Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas berasal dari bibit-bibit manusia unggul, seperti mahasiswa. Mahasiswa harus bisa melakukan sesuatu bermanfaat bagi negara tanpa merugikan banak orang. Oleh karena itu, dalam menyampaikan kritikannya terhadap pemerintah, mahasiswa harus memilih metode yang tidak merugikan rakyat. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah puisi. Untuk mewujudkan metode tersebut, berikut adalah peran beberapa elemen atau pihak-pihak yang terkait, yaitu:
Pertama, pemerintah. Pemerintah harus dapat membuat kebijakan yang tidak merugikan rakyat, terutama mahasiswa. Demonstrasi yang kini marak terjadi tidak lepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dari sekian banyak kebijakan yang dikelaurkan oleh pemerintah, tidak semuanya berdampak positif bagi rakyat. Salah satu kebijakan yang diangap merugikan rakyat terutama mahasiswa adalah UU No. 9 Tentang Badan Hukum Pendidikan. Kebijakan inilah yang selalu dikritik mahasiswa melalui aksi-aksi demostrasi. Aksi demonstrasi yang kemudian berakhir anarkis karena ketidakpuasan demostran terhadap jawaban pemerintah atas tuntutannya. 
Kedua, lembaga kemahasiswaan. Setiap kampus di Indonesia, baik yang negeri maupun swasta mempunyai lembaga kemahasiswaan. Di lembaga kemahasiswaan inilah mahasiswa berkumpul dan berorganisasi. Peran lembaga kemahasiswaan sangat penting dalam membangun karakter seorang mahasiswa, namun tidak semua lembaga kemahasiswaan menjalankan perannya tersebut. Hasilnya, terbentuklah karakter mahasiswa yang anarkis. Oleh karena itu, lembaga kemahasiswaan diharapkan semoga bisa menjadi media untuk menyosialisasikan tentang metode puisi dalam mengkritik kebijakan pemerintah
Ketiga, dosen. Dosen merupakan elemen kunci bagi penyosialisasian metode ini. Dosen adalah orang yang memiliki intensitas bertemu dan paling dekat dengan mahasiswa. Hal ini seharusnya dimanfaatkan dosen untuk memberikan arahan tentang metode yang baik dalam mengkritik. Metode yang dimaksud adalah penggunaan puisi dalam mengkritik. Selain itu bisa menyampaikan aspirasinya terhadap kebijakan pemerintah, dengan berpuisi, kreativitas dalam berkarya mahasiswa akan meningkat.

Selain bantuan dari pihak di atas, perlu dilakukan beberapa langkah untuk mengurangi anarkisme. Langkah-langkah tersebut seperti:
a.       Melakukan demostrasi tertib dengan metode baru yang tidak anarkis.
b.      Menyosialisasikan puisi sebagai media mengkritik kebijakan pemerintah.
c.       Melakukan penelitian tentang hubungan puisi dan psikologis mahasiswa.
d.      Melakukan koordinasi antara dosen dan lembaga kemahasiswaan untuk menerapkan puisi sebagai media mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah.
e.       Membuat forum penampung kritikan mahasiswa melalui puisi untuk mengurangi penyampaian aspirasi di jalan yang sering berakhir anarkis.

Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Penerapan puisi sebagai media mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah akan sangat efisien. Dengan penerapan puisi, aksi anarkis mahasiswa saat melakukan demostrasi akan berkurang karena emosi mahasiswa telah diluapkan dalam bentuk puisi. Selain itu, hasil yang akan diperoleh adalah meningkatnya kreativitas mahasiswa dalam bidang menulis. Banyak sekali puisi yang akan dihasilkan oleh para mahasiswa yang bisa menghasilkan nilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Bal, M., Luxemburg, J.V., dan Weststeijn, W.G. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Daradjat, Zakiah. 1985. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bintang Indonesia.
Lestari, L.A. dan Wahab, A. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Jogjakarta: Airlangga University Press.
Pradopo, R.J. 1995. Pengkajian Puisi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .1993. Kamus Besar Bahasa Indoneisa edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Tribun Timur. 2010, 10 Desember. Bentrok Polisi-Mahasiswa, 40 Luka. Hal.1.